STAF KHUSUS PRESIDEN PANTAU PANEN PERDANA LAHAN SIUTI
Barito Kuala, Rektor Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc. bersama rombongan melaksanakan panen padi perdana pada lahan Sistem Integrasi Unit Tani Intensif (SIUTI) yang merupakan program riset Aksi ULM di Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala, Jumat (28-06-2019). Turut ikut serta dalam rombongan antara lain Staf Khusus Presiden Bidang Pangan Luwarso, Wakil Rektor, Dosen dan sivitas akademika ULM.
Panen perdana ini merupakan lanjutan dari kegiatan hari Pangan Sedunia yang dilaksanan pada oktober tahun lalu. Dimana pada saat itu Rektor bersama Gubernur Kalimantan Selatan dan 5000 sivitas akademika ULM melakukan penanaman padi secara serempak. Lahan Desa Jejangkit Muara yang mempunyai lahan sub marginal dijadikan pilot percontohan model pertanian terpadu. Panen perdana ini membuktikan jika Fakultas Pertanian dan ULM mampu untuk berkontribusi secara nyata dalam pengelolaan lahan basah dan dalam mendukung ketahanan pangan nasional.
Dalam pernyataannya Rektor senang dengan panen perdana yang diprediksi menghasilkan sekitar 6,2 ton gabah kering per hektar. “Ini potensi besar dan akan menjadi model untuk masyarakat setempat. Mereka bisa mengusahakan lahan yang ada ini” cetusnya. Keberhasilan ini tidak lepas dari beragama macam ahli yang diterjunkan, mulai dari ahli tanah, sosial-ekonomi, proteksi tanaman. Terlebih, sekitar 80 persen dosen di Fakultas Pertanian sudah bergelar dokter. “Yang terpenting itu ada padinya terlebih dahulu sebagai pembuktian. Langkah selanjutnya kita akan menyusun blueprint yang bagus terkait bagaimana pengembangan lebih lanjut,” tambahnya.
Sementara itu Staf Khusus Presiden Bidang Pangan Luwarso optimis dengan riset yang ULM lakukan. Satu langkah sudah dilakukan, tapi masih perlu ditinjau beberapa aspek lainnya, antara lain aspek agronomis, sosiologis dan ekonomis. Karena dia menilai jangan sampai ULM bisa memproduksi beras dengan baik, tapi harganya mahal sehingga tidak bisa dikerjakan petani dan dijangkau masyarakat. “Kadar asam airnya (pH) kan tinggi, namun teknologi kita sudah mumpuni. Harapannya Ini akan menjadi penyangga pangan Indonesia khususnya di Kalsel” tegasnya.
Model SIUTI sendiri adalah Unit pengelolaan lahan pertanian yang mengintensifkan pengelolaan komponen-komponen utamanya dalam satu unit usaha tani. Model ini memperhatikan cara pengelolaan tanah dan air, budidaya tanaman dan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang dilakukan secara intensif dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Model ini juga akan mengintegrasikan subsistem pertanian lainnya di bidang perikanan dan peternakan dalam satu unit usaha tani. Petani sebagai subjek yang terlibat langsung dalam kegiatan pertanian, memiliki kemampuan mengidentifikasi dan menentukan teknologi yang tepat dalam meningkatkan produksi pertanian.
Cara SRI (System of Rice Intensification) yang dimodifikasi dengan menanam benih bernas langsung pada titik tanam merupakan alternatif budidaya padi yang dilakukan dari model ini. Cara ini telah mampu meningkatkan jumlah anakan produktif mencapai 2-3 kali jumlah anakan padi inpara 2 yang di budidayakan di lahan rawa Jejangkit. Jika sebelumnya potensi budidaya padi inpara 2 memiliki 16 anakan produktif, dengan model SIUTI dapat menghasilkan 30 hingga 45 anakan produktif, hal ini berpengaruh terhadap meningkatnya produksi padi.
Penerapan model SIUTI di lahan rawa Jejangkit telah menunjukkan kemampuannya dalam mendukung pertumbuhan dan produksi padi. Lahan rawa Jejangkit yang awalnya tidak dapat dikelola pada saat musim hujan dan air menggenangi lahan, sekarang ini dengan penerapan SIUTI telah dibuktikan dapat dikelola dengan baik hingga berproduksi. Sehingga dapat disimpulkan model SIUTI di lahan rawa telah mampu membudidayakan padi di lahan rawa. Model SIUTI dapat direkomendasikan untuk kegiatan pertanaman padi dalam mendukung program pemerintah pada program SERASI (Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani), karena diyakini berpotensi meningkatkan pertanaman (IP) dan produktivitas lahan.