Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF RI)
Jakarta, Selasa (31/3/2021). Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF RI) dengan Universitas Lambung Mangkurat tentang penerapan merdeka belajar di era kampus merdeka dalam perfilman, penyensoran dan sosialisasi sensor mandiri, di Hotel Grand Sahid Jaya, dalam acara ini, di hadiri langsung oleh Rektor ULM, Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc, dan didampingi oleh Muhammad Alif, M.Si selaku Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP, ULM.
Rektor ULM Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, menyatakan bahwa ULM siap membantu LSF agar memajukan dunia perfilman “suatu kehormatan bagi ULM di undang oleh LSF untuk menjadi bagian dari program-program perfilman atau Lembaga Sensor Film dan tentunya ULM bisa berkontribusi dalam bidang ini, karena karakter bangsa dapat di bangun melalui Film.” tutur Rektor Universitas Lambung Mangkurat saat diwawancarai.
Acara ini merupakan program yang dilakukan oleh LSF untuk melakukan penyensoran film dan iklan film sebelum diedarkan dan/atau dipertunjukkan kepada khalayak umum; dan serta melakukan penelitian dan penilaian judul, tema, gambar, adegan, suara, dan teks terjemahan suatu film dan iklan film yang akan diedarkan dan/atau dipertunjukkan kepada khalayak umum. Dalam acara tersebut diihadiri oleh perwakilan dua puluh empat perguruan tinggi di Indonesia, diantaranya adalah, Universitas Airlangga Surabaya, UGM, UI, ULM, UIN Sunan Gunung Djati bandung, IPB, Unpad, ISI Yogyakarta, Univ Jember, IKJ, Akademi Film Yogyakarta dan universitas lainnya.
Penandatangan MoU dan Perjanjian Kerja Sama antara LSF dan 21 Perguruan tinggi ini terkait dengan penyelenggarakan program peningkatan kualitas perfilman, penyensoran dan sosialisasi budaya sensor mandiri sesuai tugas, fungsi dan peran masing-masing. Selain itu pula penyelenggaraan penelitian dan pengabdian masyarakat dan memperluas jejaring dan kemitraan di bidang perfilman, penyensoran dan budaya sensor mandiri. Acara yang di selenggarakan selama dua hari mulai hari senin (30/3/2021) ini diawali dengen sambutan dari Ketua LSF dan di buka oleh Sekjen Kemdikbud bapak Prof. Ainun Na’im,Ph.D, M.B.A, pada hari senin tersebut dengan agenda acara adalah diakusi publik yang di hadiri oleh, Prof Ir. Nizam M.Sc, selaku Dirjen Dikti Kemdikbud dan Dr, Naswardi , Ketua Komisi III LSF RI. Hari kedua di laksanakan Penandatanganan memorandum of Understanding ( MOU) antara LSF dan Universitas Negeri dan Swasta, Prof. Dr. Muhajir Effendy, M.A.P. adalah Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesian RI, Ketua Komisi 1 DPR RI Meutya Hafid. Dalam hal ini, Menteri PMK menyatakan bahwa Indonesia harus mempunyai industri film yang kuat agar menjadi negara adikuasa, negara kuat akan mempergunakan film sebagai alat propganda yang efektif, “Negara manapun beranggapan bahwa film merupakan entitas bangsa, semua negara adikuasa mempunyai industri film yang kuat, seperi Amerika yang di akui sebagai sumber industri film yang besar, film merupakan alat yang ampuh dalah mencitrkan suatu negara, oleh karenanya kita harus mendukung upaya perfilman di indonesia termasuk LSF.”
Universitas lambung Mangkurat (ULM), merupakan universitas yang salah satu universitas di perhitungkan di kancah nasional, “tidak banyak perguruan tinggi yang di ajak, hanya 21 perguruan tinggi dari sekitar 4600 perguruan tinggi negeri dan swasta yang dilibatkan dalam kerjasama yang pertama ini, kesempatan pertama ini tentunya tidak akan di sia-sia kan, agar ULM dapat berkiprah dan lebih di kenal luas”.
Menurt Ervan Ismail selaku Wakil Ketua Lembaga Sensor Film ( LSF), menyatakan Universitas Lambung Mangkurat merupakan universitas tertua di Kalimantan tentunya harus hadir dalam membangun perfilman, khususya di KalSel, “Pihak LSF merasa perlu dan harus membawa serta ULM pada kegiatan ini, oleh karena ULM mempunyai modal sumber daya manusia yang sangat baik khususnya guna memajukan perfilman, karena di Kalimantan Selatan pada saat ini, industri kreatif di bidang audio visual / film saat ini sangat berkembang di Kalimantan Selatan” imbuh pria kelahiran Kotabaru, Kalimantan Selatan ini.
Di akhir paparannya Ketua Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF RI). Rommy Fibri Hardiyanto, meyampaikan agar kedepannya insan perfilman yang ada di indonesia akan menjadi lebih maju dan berkembang serta budaya sensor mandiri akan lebih terwujud. “Sensor mandiri merupakan program yang sedang kami gaungkan, oleh karenanya kami mengajak berbagai pihak dapat membanti dan bekerja sama dengan LSF khususnya universitas, guna membangun karakter bangsa melalui Film” (Alif/Humas ULM)