BEDAH NOVEL “LAMBUNG MANGKURAT”
Untuk mengupayakan pengembangan sejarah daerah dan menghidupkan nilai-nilai luhur dari seorang Lambung Mangkurat, diselenggarakan Diskusi Novel karya Randu Alamsyah yang berjudul “Lambung Mangkurat”. Acara dihadiri oleh sastrawan, dosen dan mahasiswa di lingkungan ULM, Dekan FKIP Prof. Dr. H. Wahyu, M.S mewakili Rektor membuka acara diskusi novel ini. Dengan menghadirkan narasumber dari sejarawan Helius Sjamsuddin, peminat sejarah Radius Ardanias Hadariah, dan dosen FKIP ULM Sainul Hermawan.
Dalam beberapa referensi Lambung Mangkurat adalah seorang mahapatih, anak dari pendiri Negara Dipa dan telah membawa Kerajaan itu melalui waktu-waktu tersulit. Dalam perbicangan di kalangan tertentu, Lambung Mangkurat justru adalah penjahat dan gembong yang tega melakukan kekejaman apapun, bahkan membunuh keluarganya sendiri. Menurut sang penulis novel, Lambung Mangkurat adalah jarum yang patah dalam tapak waktu sejarah Banjar. Sosoknya melayang-layang di langit mitos dan realitas dan tetap menghantui para peminat sejarah Banjar hingga saat ini. Banyak yang mempercayai bahwa Lambung Mangkurat tak pernah benar-benar ada, meski hal ini tentu saja akan menjadi lucu karena sudah terlanjur banyak tempat, atau jalan, yang memakai namanya. Universitas paling tua di Kalimantan bahkan meminjam namanya: Universitas Lambung Mangkurat.
Salah satu narasumber Helius Sjamsuddin menyampaikan bahwa secara keseluruhan novel Lambung Mangkurat ini bagus, dari bahasa yang digunakan dalam dialog hingga lukisan suasana alam dan sekitarnya hidup. Beliau juga berharap akan banyak sastrawan yang akan menulis dan menghasilkan karya-karya bermutu yang selain menghibur, juga mendidik dan memberikan pencerahan serta bermanfaat bagi masyarakat luas.(Humas ULM)